#Tantangan ODOP (Cerita Rakyat) "Timun Mas dan Raksasa Baik Hati"

Suatu hari di sebuah gubuk tua di tengah hutan, tinggalah sepasang suami istri petani yang saling mencintai. Hingga saat mereka mulai menua, mereka belum jua diberi keturunan.

Setiap hari keduanya berdo'a pada yang Maha Kuasa tapi tak kunjung dikabulkan. Hingga sang istri mulai menyerah, "Menikahlah lagi Pak, Aku istri yang tak berguna. Aku tak mampu memberimu keturunan," wanita paruh baya itu menangis sejadinya.

Lelaki itu mendekat, mendekap istrinya penuh cinta, "Tidak, hanya Kamu satu-satunya istriku. Sekarang dan selamanya. Bagiku cukup untuk menua bersamamu,"

"Aku tau kau inginkan keturunan, itu kebahagiaan bagimu. Tapi aku tak bisa kabulkannya"

"Semua itu diluar kuasa kita. Kebahagiaanku adalah bersama denganmu."

Sang istri mulai kehabisan kata-kata dan larut dalam tangisnya.

Terdengar pintu rumah terketuk, "Aku akan bukakan pintu," seru sang suami.

Hening.

Sang istri mulai meredakan tangisnya, ia terheran karena tak mendengar suara suaminya lagi setelah membukakan pintu. Dilihatnya sang suami tengah terkapar, pingsan. "Suamiku ada apa?"

Wanita itu ingin berteriak meminta pertolongan, tapi ia tau tak akan ada yang menolong. Rumah mereka sangat jauh dari masyarakat dan tak memiliki satupun tetangga. Sementara tubuhnya takkan sanggung membopong tubuh suaminya. Ia pun berinisiatif mengambilkan air minum sementara tubuh suaminya tergeletak di lantai.

Saat kembali dengan membawa segelas air, ia dikejutkan karena posisi suaminya telah berpindah dari lantai ke sebuah sofa tua di pojok ruangan. Tubuhnya gemetar tapi yang terpenting baginya sekarang adalah kesadaran suaminya. Ia segera meminumkan air tersebut ke mulut suaminya.

Suaminya terbatuk, mulai mendapatkan kesadarannya meski masih terlihat amat pening.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya sang istri.

Sang suami menganguk, dengan separuh kesadarannya ia menceritakan apa yang baru saja terjadi. Katanya, "Aku bertemu seorang yang amat besar, mirip SHERK, sekujur tubuhnya berwarna hijau, telinganya panjang. Dia membawakan ini untuk kita," Sang suami menunjukkan sebutir biji timun,"Dia menyuruh kita menanam dan merawatnya, dia akan kembali tujuh belas tahun lagi. Aku kaget dan tak ingat apa-apa lagi."

Sang istri hanya menyimak sambil sesekali memberikan tegukan air untuk suaminya. Mereka sepakat untuk menanam biji timun itu dan merawatnya sepenuh hati.

Buah mentimun itu semakin besar dan berat, ketika sudah masak, mereka memetiknya dan dikejutkan dengan hadirnya bayi kembar laki-laki dan perempuan. sepasang mata keduanya sangat indah, mereka cantik dan tampan. Yang lelaki diberi nama Timun Mas Putra, sementara yang perempuan diberi nama Timun Mas Putri. Mereka hidup rukun dan bahagia.

Saat mereka berusia 17 tahun, Timun Mas Putra meminta izin untuk merantau ke kota. Dengan berat hati suami istri yang kini dipanggil ayah dan ibu itu mengizinkan, sementara Timun Mas Putri tetap bersama orangtuanya. Kesedihan melepas Putra pergi belum reda, mereka teingat akan raksasa yang mengatakan akan datang setelah 17 tahun dan inilah saatnya.

Raksasa itupun datang dan membawakan sobekan baju yang dikenakan Timun Mas Putra.

Ibu menangis sejadinya, "Putra anakku. Kau apa -kan anakku?"

Sementara di belakang rumah sang ayah menyuruh Timun Mas Putri berlari meninggalkan rumah dengan membawa sekantong ajaib. Raksasa itu segera berlari mengejarnya.

Timun Mas Putri mengambil segenggam garam dari kantong yang dibawanya dan menabur tepat ke mata sang raksasa hingga buta. Namun raksasa itu tidak menyerah dan tetap mengejar Timun Mas Putri. Timun Mas Putri terus berlari sekuat tenaga, ia mengambil benda ajaib kedua yaitu cabai merah panjang yang ia gunakan untuk mencambuk kaki raksasa hingga terjatuh. dan terlilit cabai itu.

Raksasa masih berusaha melepaskan diri dari cabai sementara Timus Mas Putri mulai kelelahan. Ia lalu melihat sebuah pohon yang amat besar dan memiliki pintu, ia segera masuk untuk bersembunyi di dalamnya. Betapa terkejutnya Timun Mas Putri saat melihat Timun Mas Putra terkapar disebuah tempat pembaringan, dua orang tua tengah merawatnya.

Timun Mas Putri mendekat, "Mas Putra, sadarlah." "Ada apa dengan kakakku?" tanya Timun Mas Putri pada dua orang tua itu, mereka tak menjawab.

Kemudian seseorang membuka pintu dan masuk, dia adalah raksasa itu. "Menjauhlah kau dari kami raksasa jaha," seru Timun Mas Putri sambil berusaha menutupi tubuh kakanya dari sang raksasa.

"Aku tidak akan menyakitimu" jawab raksasa itu sambil meraba-raba masuk ke dalam rumah

Timun Mas Putri menggelengkan kepalanya, tak percaya dengan apa yang dia lihat. Raksasa itu berubah menjadi seorang pangeran tampan saat berada di dalam rumah dan kembali menjadi raksasa saat berada di luar rumah.

"Ini rumahku, kedua orang tua itu adalah orangtuaku. Mereka tak bisa bicara. Kami dikutuk jadi raksasa jika berada diluar rumah. Aku ingin punya teman dan kini aku buta."

"Siapa namamu?" tanya Timus Mas Putri.

"Namaku Adit. Aku menemukan kakakmu diterkam hewan buas, aku mencoba menolongnya."

"Ma- maafkan aku." kata Timun Mas Putri.

"Kutukanku akan hilang jika aku memiliki teman." lanjut adit.

"Aku mau berteman denganmu, kakakku juga mau."

Seketika rumah pohon itu brubah menjadi istana yang amat megah. Kutukan raksasa telah hilang. Dua timun mas dan adit kini berteman.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer