Verba Volant Scripta Manent

"Melihat berarti memercayai" kata sebuah buku yang semalam kubaca. "Tidak melihat tapi percaya, berarti meyakini". Seperti kata pak Gatot "Seperti rasa asin pada makanan, tidak terlihat tapi terasa." Sehingga kita yakin dan percaya penyebabnya adalah garam yang memiliki basis rasa asin. Dan, banyak sekali garam-garam kehidupan yang larut sehingga tidak menyisakan bentuk dirinya, hanya menyisakan rasanya.

Menyadari ini, kadang aku teringat pada laut. Dengan mata telanjang aku menikmati panoramanya, menikmati hembusan angin kencangnya, dan menari bersama ombaknya, tempat dimana di Pantainnya terhampar pasir yang banyak digunakan orang untuk menuliskan nama kekasihnya. Terkesan manis, padahal, apapun yang tertulis disana secepat kilat ombak akan meraih dan menghapusnya. Berapa kali seseorang harus menulis agar tulisannya abadi?

Verba Volant "Ucapan akan menguap", Scripta Manent "Tulisan akan abadi", bagaimana dengan bentuk akad pernikahan, dimana seorang lelaki dengan mantap menyatakan menerima nikah atas istrinya, itu diucapkan. Semudah itukah kata itu menguap dan dilupakan? Tidak begitu bukan? Bahkan, dalam berIslam kita bersyahadat, dan syahadat itu diucapkan bukan ditulis.

Lalu mana yang lebih bisa dipercaya, ucapan atau tulisan? Teringat sebuah meme yang menuliskan "Kamu bisa nulis hahaha tanpa ketawa. Dia bisa menulis I love U tanpa merasakannya. Apakah semua tulisan itu sifatnya fiktif?

Setelah melakukan sebuah diskusi tentang ini dengan Mama, aku mendapat pencerahan baru.

"Memang benar, ucapan syahadat ataupun akad itu kuat. Kenapa? Karena itu adalah perjanjian dengan Allah yang Maha segalanya. Sementara untuk hal-hal yang berkaitan dengan manusia, tulisan jauh lebih kuat karena manusia punya sifat pelupa, lebih parah lagi bisa berbohong."