Berawal dari Keterpaksaan

Halo... Assalamua'laikum pembacaku!!! (gayanya udah kaya penulis beneran ya, hehe)
Setidaknya aku tau kang Fery pasti baca postingan ini. Tulis bener ya Kang! (agak maksa). Postingan ini ditulis untuk memenuhi Tantangan Pekan I ODOP "Tentang Aku dan Pengalaman Paling Berkesan di Hidupku". Selamat menyimak ceritaku..

Dulu saat duduk di kelas 3 SD, Mamaku sering dipanggil wali kelas. Saat pulang sekolah, aku tanya "Ma, bu Lina bilang apa?" dengan nada was-was.
Mama hanya tersenyum
"Ma...." Aku mulai merajuk.
"Teteh (saat itu aku punya 2 adik, teteh (kakak)), kata bu Lina Teteh kalau bicara pelaaaaan banget" Mama bicara dengan nada lembut.
Aku terdiam, dengan bibir yang sedikit ke depan.
"Kenapa? Padahal di rumah Teteh cerewet?!" Pertanyaan yang membutuhkan penegasan.
Sepenggal percakapan itu tersimpan baik dimemoriku. Banyak teman yang tidak percaya, padahal itu benar. Aku hanya tersenyum geli dan malu saat mengingatnya. Wali kelasku waktu itu, begitu perhatiannya sampai sering berkonsultasi dengan Mama. Aku bukan anak yang pendiam, saat bersosialisasi dengan teman Aku termasuk anak yang aktif, Aku penyuka Matematika dan bisa berhitung cepat, guruku sering bertanya padaku saat membahas sebuah soal matematika, aku bisa menjawabnya, tapi pelan, seperti berbisik.
Kemudian aku naik kelas, sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Lalu lulus, dan aku tiba-tiba disebut sebagai anak yang paling pemberani. Setidaknya, diantara kawan-kawan dekatku. Sekarang, aku cerewet bukan hanya saat sesi curhat kepada sahabatku, bukan hanya saat memiliki permintaan pada mama atau ayahku, aku cerewet setiap saat.
Aku mulai berani berbicara di depan umum saat terpaksa harus menjadi protokoler untuk sebuah silaturahmi tahunan Koperasi yang saat itu aku sedang dalam proses magang disana. Mana mungkin bisa kutolak? Untuk pertama kalinya aku harus berani bicara di depan umum dimana audience nya adalah para petinngi koperasi (ini tidak begitu ekstrim karena beberapa sudah ku kenal), tamu-tamu Kedinasan (Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan -Diskopperindag), Kepolisian, pejabat RT, RW, Lurah, Camat dari beberapa Desa yang wilayahnya merupakan cakupan kerja Koperasi, dan ratusan nasabah. Usia ku saat itu, 17 tahun. Takut, berat rasanya karena bagus-tidaknya pembawaanku akan menjadi citra bagi Koperasi ini, terlebih aku tidak berpengalaman.
Pada malam dimana esok harinya penampilan perdanaku itu, aku tidak bisa tidur. Latihan berbicara di depan cermin sambil memegang secarik kertas yang isinya semua kata yang akan aku utarakan. Bukan hanya rundown acara, tapi keseluruhan teksnya. Mama berkali-kali masuk ke kamarku, mengatakan hal yang sama secara berulang "Teh istirahat, Teh cepet tidur"
"Mana mungkin aku bisa, Ma," aku mulai memelas, sedih.
Mama bilang "Teh, ada doa yang bisa bantu Teteh."
"Do'a apa?" Tanyaku.
"Rabbisrahlii shadrii wa yassirlii amrii, wahlul uqdatan millisaanii yafqahuu qauli" Mama mengucapnya lantang. Aku mengikuti.
"Ya Allah lapangkanlah bagiku dadaku, dan mudahkanlah urusanku, dan bimbinglah lisanku, agar mereka mengerti perkataanku" Terangnya,
Aku masih mengulang-ulang do'a itu.
"Ini adalah do'a nabi Musa saat Allah perintahkan untuk menemui Fir'aun, pembesar kaum kafir pada masa itu" Lanjut Mama.
Malam itu selesai, dengan do'a yang menghadirkan ketenangan lalu aku beristirahat. Pada hari H-nya acara, aku tidak lagi mengulang-ulang teks, hanya membaca nya sesekali dan lebih fokus berdo'a dengan do'a semalam saja.
Acara berakhir, kelegaan itu luar biasa. Mengalahkan ketakutan dengan do'a dan aku bersyukur bisa melewatinya. Hingga kini, aku punya pengalaman menjadi MC dibeberapa acara, formal dan non formal. MC acara pembukaan dan penutupan kegiatan Remaja Mesjid di Kampung, MC acara HUT organisasi skala rumah / ke RT-an (PRISMA), MC Seminar Kesehatan Kulit dan Public Speaking bersama Wardah di Politeknik Sukabumi, MC Seminar Pra Nikah bersama Kang Abay di Universitas Muhammadiyah Sukabumi, dan MC latihan bersama Sukabumi Marching Day di Universitas Muhammadiyah Sukabumi (di acara ini ada pak Wakil Walikota Sukabumi), dan beberapa kegiatan kecil lainnya.
Bekal ini, adalah pelajaran dari perjalanan yang berharga. Seperti disadur dari blog ka' Ran (anak ODOP pasti tau) "Namun dari itu semua, diri ini jauh sekali dari label mastah atau suhu. Sampai kapanpun diri ini tetaplah seorang newbie. Newbie yang terus belajar untuk menyikapi perubahan-perubahan dan perkembangan-perkembangan."
Dulu, berbicara di depan umum adalah sebuah mimpi dan merupakan sebuah ketakutan. Jangankan di depan pejabat penting, bicara di depan teman sekelas saja, gugup gemetarnya luar biasa. Tapi sekarang bicara adalah kekuatan, kekuatan agar oranglain paham, kekuatan agar kedepannya bisa berdakwah, berbicara bukan hanya memanggil pengisi acara, tapi dipanggil untuk mengisi acara.
Setelah mimpi ini, aku bermimpi menjadi pembicara. Seperti Bang Syaiha yang katanya bermimpi menginjakkan kaki di banyak Pulau di Indonesia. Aku pun ingin berbicara, membicarakan hal-hal bermanfaat yang dapat merubah dunia.

Komentar

  1. sungguh menginspirasi.. mkasih Alia..

    BalasHapus
  2. Well, setelah komen sebelumnya terhapus, terpaksa saya harus nulis komen lagi, hihihi


    Saya ucapkan terima kasih atas pencatutan nama saya di blog ini. Saya mengapresiasinya...

    Saya adalah orang yang sulit berbicara di depan, kalau mau ngomong harus ditulis terus dihapalin benar2 agar lancar. Tapi, setelah latihan menulis, terutama di ODOP, struktur bicara saya menjadi lebih terstruktur.

    And you are amazing, punya bakat public speaking, semoga bakat ini membantu di bidang tulis menulis ya...

    Sedikit catatan tentang kepenulisannya ya:
    1. Secara umum sudah mengalir
    2. "Mana mungkin aku bisa, Ma." Aku mulai memelas, sedih.

    Seharusnya
    "Mana mungkin aku bisa, Ma," aku mulai memelas, sedih.

    3. Tulisan dalam bahasa asing, dalam hal ini doa Nabi Musa, dimiringkan ya.

    Tiga hal itu dulu saja yang perlu diperhatikan untuk tulisan selanjutnya.

    Semangat selalu dan sukses Ngodop-nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hhe, makasih banyak artinya dikomen bang Feri juga.

      kembali kasih.. :D :D

      iya kenapa saya lebih suka acara nonformal karena struktur bicara gak tersruktur-pun ga masalah selama fokus audience tetep ke kita.

      aamiin, semoga makin fasih lidah nya kalo bicara, kadang-kadang masih ada belelol nya (ngerti balelol ga?) xixi

      Nah itu, aku belum ngerti tanda baca apa yang harusnya dipake dalam dialog.
      Untuk cetak miring itu sebetulnya mau, tp kemarin aku blok dan kasih italic malah ngerembet ke yang lain. Jadinya begitu.

      Terimakasih tipsnyaaaaaaaaaaa

      Hapus
  3. Masya Allah... keren Alia. Tinggal teknik penulisan perlu terus diperbaiki. Kang Fery juga, sangat keren.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mba Sakifah, yang masuk ke teknik penulisan itu apa aja? Aku belum paham.. mohon penjelasannya :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer