#Fiksi "Masa Depanku Telah Datang"

Assalamu'alaikum... Semangat pagi!!
Hari ini gerimis, tapi semoga cucian bisa kering😬😬. Kemarin, ada request dari Bang Feri untuk nulis cerita fiksi. Bismillah, mau aku coba buat cerita yang inspirasinya diambil dari kisah salah satu Bundaku yang baik hati. Selamat ngopi!!! Biar bacanya gak ngantuk gitu😜😉😉.

------

Pagi ini Aku berdandan rapi dengan kemeja putih polos, celana panjang, dan sepatu kulit warna hitam. Di depan cermin sambil menyisir rambut agar terlihat klimis, Aku tersenyum tipis, mengingat penampilan seperti ini saat melamar kerja lima tahun yang lalu. Seperti waktu itu, Aku selalu bersemangat. Dengan lantang aku katakan pada cermin "Masa depanku telah datang!"

Aku keluar kamar, menyeruput secangkir kopi panas dan melahap gorengan yang dibuatkan Emak, wanita yang tidak muda lagi namun mampu membuat Abah selalu terpesona. Sosoknya memang penuh cinta. Aku kemudian mencium tangan keduanya dan berpamit untuk pergi. Kunyalakan honda beat biru yang baru dikirim dealer sepuluh hari yang lalu, bersemangat melajukannya di jalanan yang masih sepi tertutup kabut pagi.

Pukul 06.05, Aku sudah sampai di tempat tujuan. Mataku menatap dalam bangunan di depanku. Aku akan belajar disini sampai empat tahun kedepan, lalu menutup mata dan berdoa memohon kemudahan, statusku sekarang adalah mahasiswa. Banyak orang berpakaian sama namun belum ada yang ku kenal. Sampai akhirnya seseorang memukul pundakku dari belakang "Bang!!" katanya.

"Astagfirullahal adzim.. pelan-pelan napa!" sambil membalikkan wajah dan menampakkan kekesalan. Dia tertunduk menyesal. "Haha... bercanda kali. Apa kabar Kang?" lanjutku.

Dani, dia berpakaian sama denganku, usianya tiga tahun lebih muda dariku, kurus, dan suka bertingkah konyol. Kami berkenalan saat pertama kali mendaftar dan sudah seperti kawan lama, "Kabar baik Bang. Ayo ke ruangan, anak-anak udah di dalem." ajaknya.

Sosialisasi Program Akademik (SPA) dimulai. Seluruh mahasiswa terduduk rapi sambil mendengarkan penuturan para dosen. Disampingku, seorang mahasiswi yang terus saja memegangi kepalanya. Seperti ada yang tidak beres, pikirku. "Kenapa Teh?" Tanyaku.

"Gapapa, cuma pusing sedikit."

Saat istirahat, aku bergegas melaksanakan salat zuhur di luar Kampus karena musola di dalam pasti dipenuhi para Maba. Selesai salat, aku teringat mahasiswi yang duduk di sebelahku tadi dan berinisiatif membelikannya roti, air minum, dan obat sakit kepala. Benar saja, dia masih terduduk dan memegangi kepalanya. Aku menghampiri dan mengulurkan makanan yang baru kubeli, "Ini, makan rotinya dulu terus minum obatnya"

Dia ragu. Aku meyakinkannya dengan isyarat mata. Malu-malu dia mengambil apa yang kubawa untuknya, memakan sepotong roti dan meminum obatnya.

"Merasa lebih baik?" Tanyaku,

Dia menganguk dan berujar pelan, "Terimakasih," ada senyuman disana.

SPA berakhir. Aku mulai mengenal lebih banyak teman dan salah satunya adalah mahasiswi itu, Nura. Aku dan Nura semakin dekat, sesekali aku menjemput dan mengantarnya pulang. Dia gadis pertama yang membuat aku bergetar karena cinta. Ya, aku mulai terpesona. Seperti terpesonanya Abah pada Emak.

Nura, namanya kian membuat resah hatiku. Tapi aku tau, dia gadis yang baik. Tak mungkin aku memacarinya. Lagipula, usianya sudah cukup untuk menikah. Tapi, apa aku siap menikahinya?

Beberapa hari aku berpikir sampai akhirnya berkonsultasi pada Emak dan Abah. Emak mendukung niat baikku, begitupun Abah. Aku menyampaikan niatku pada Nura sehari setelahnya. Beberapa hari tak ada jawaban hingga Dia mengirimiku sebuah pesan singkat.

"Assalamu'alaikum A' Bekti. Orangtuaku menunggu kedatanganmu bersama kedua orangtua."

Aku terperanjat, bahagia. Aku melamarnya, dan kami menikah di semester 2 kami kuliah. Benar saja hari itu aku berkata "Masa depanku telah datang" dan ia benar-benar datang.


Komentar

  1. Asyiiik...
    Terima kasih sudah menerima tantangannya.

    Well, cerita yang menarik. Lanjutkan!

    BalasHapus
    Balasan
    1. kembali kasih..

      Terimakasih apresiasinya :) Aku tau ini minus konflik dan masih datar

      Hapus
  2. semangat terus ya Alia.. sempatkan terus untuk menulis..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer